6:53 AM Edit This 0 Comments »
The Taken for Granted Religion
• Individu memeluk agama yang sama dengan orang tuanya sejak dia lahir tanpa tahu mengapa dia harus memeluk agama tersebut.
• Sosialisasi terhadap agama hanya sebatas menyangkut nilai-nilai, aturan, tata cara, upacara/ritual dan sebagainya yang harus diikuti.
• Kebanyakan oranakhirnya g Indonesia hanya ‘beragama’ saja tanpa mengetahui lebih dalam tentang keimanannya.
• Agama dalam masyarakat Indonesia dianggap sebagai sesuatu yang sangat sakral, suci, dan murni. Untuk menjaga itu semua maka diajarkan untuk menerima agama secara taken for granted (apa adanya) tanpa dipertanyakan lagi.
• Masalah tentang kesucian agama sangat dijaga oleh orang-orang yang sering disebut memiliki otoritas keagamaan(seperti guru/tokoh/pemuka/pemimpin agama). Mereka dijadikan sosok referensi yang paling valid untuk pengetahuan agama.
• Adanya ‘perkawinan’ antara agama dan negara memiliki kekuatan besar
o Hegemoni agama ditanamkan dan dipelihara secara sistematis melalui sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan tersebut tidak bisa diubah (taken for granted).
1. untuk kepentingan Pembuatan kebijakan, agama diartikan sesuai dengan kepentingan kelompok tertentu. Agama ditentukan oleh 4 faktor berikut; yaitu percaya terhadap Tuhan yang satu, memiliki sistem hukum yang jelas, memiliki kitab suci, dan memiliki nabi.(Saidi,2004).
Teori Struktural Fungsional
Pendekatan struktural fungsional mentitikberatkan pada fungsi agama dalam struktur yang saling kait mengait di masyarakat.
Durkheim berrrpendapat, terrrdapattt 3 fungsi utaaama agama yaitu (Maconis, 2006):
Sebagai perekat sosial (sosial cohesion)
Agama berfungsi mempersatukan orang melalui simbol yang dipakai bersama, nilai, dan norma bersama.
Sebagai kontrol sosial (sosial control)
Agama mendorong terjadinya konformitas
Sebagai pemberi makna dan tujuan
Keyakinan agama memberian rasa aman dan nyaman untuk manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini sehingga manusia dapat menghadapi segala masalah yang terjadi.
Teori konflik
Analisis konflik menekankan pada peran agama dalam menciptakan ketidaksetaraan dalam masyarakat.
Marx berpendapat bahwa agama menanamkan kesadaran palsu (false consciousness) supaya orang-orang dapat menerima permasalahan sosial yang terjadi dan berharap akan datangnya dunia yang lebih baik.
Pada waktu yang sama, agama adalah kesadaran politik kaum elite dalam mempertahankan status quonya. Agama, politik, dan kekuasaan memiliki hubungan yang sangat erat. Perebutan kekuasaan dan usaha-usaha dalam mempertahankan status quo itu terus berlangsung. Agama-agama pun berlomba untuk mendapatkan sumber kekuasaan dari masa ke masa.
• Individu memeluk agama yang sama dengan orang tuanya sejak dia lahir tanpa tahu mengapa dia harus memeluk agama tersebut.
• Sosialisasi terhadap agama hanya sebatas menyangkut nilai-nilai, aturan, tata cara, upacara/ritual dan sebagainya yang harus diikuti.
• Kebanyakan oranakhirnya g Indonesia hanya ‘beragama’ saja tanpa mengetahui lebih dalam tentang keimanannya.
• Agama dalam masyarakat Indonesia dianggap sebagai sesuatu yang sangat sakral, suci, dan murni. Untuk menjaga itu semua maka diajarkan untuk menerima agama secara taken for granted (apa adanya) tanpa dipertanyakan lagi.
• Masalah tentang kesucian agama sangat dijaga oleh orang-orang yang sering disebut memiliki otoritas keagamaan(seperti guru/tokoh/pemuka/pemimpin agama). Mereka dijadikan sosok referensi yang paling valid untuk pengetahuan agama.
• Adanya ‘perkawinan’ antara agama dan negara memiliki kekuatan besar
o Hegemoni agama ditanamkan dan dipelihara secara sistematis melalui sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan tersebut tidak bisa diubah (taken for granted).
1. untuk kepentingan Pembuatan kebijakan, agama diartikan sesuai dengan kepentingan kelompok tertentu. Agama ditentukan oleh 4 faktor berikut; yaitu percaya terhadap Tuhan yang satu, memiliki sistem hukum yang jelas, memiliki kitab suci, dan memiliki nabi.(Saidi,2004).
Teori Struktural Fungsional
Pendekatan struktural fungsional mentitikberatkan pada fungsi agama dalam struktur yang saling kait mengait di masyarakat.
Durkheim berrrpendapat, terrrdapattt 3 fungsi utaaama agama yaitu (Maconis, 2006):
Sebagai perekat sosial (sosial cohesion)
Agama berfungsi mempersatukan orang melalui simbol yang dipakai bersama, nilai, dan norma bersama.
Sebagai kontrol sosial (sosial control)
Agama mendorong terjadinya konformitas
Sebagai pemberi makna dan tujuan
Keyakinan agama memberian rasa aman dan nyaman untuk manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini sehingga manusia dapat menghadapi segala masalah yang terjadi.
Teori konflik
Analisis konflik menekankan pada peran agama dalam menciptakan ketidaksetaraan dalam masyarakat.
Marx berpendapat bahwa agama menanamkan kesadaran palsu (false consciousness) supaya orang-orang dapat menerima permasalahan sosial yang terjadi dan berharap akan datangnya dunia yang lebih baik.
Pada waktu yang sama, agama adalah kesadaran politik kaum elite dalam mempertahankan status quonya. Agama, politik, dan kekuasaan memiliki hubungan yang sangat erat. Perebutan kekuasaan dan usaha-usaha dalam mempertahankan status quo itu terus berlangsung. Agama-agama pun berlomba untuk mendapatkan sumber kekuasaan dari masa ke masa.
0 comments:
Post a Comment